Kamis, 27 Juni 2013

KEKUATAN DO'A



AMM...!!!

Pada sebagian orang mungkin muncul pertanyaan, “kenapa harus berdo’a? Tidak cukupkah usaha manusia untuk mengubah nasibnya sendiri ? Dan bukankah Allah SWT telah mentakdirkan segala sesuatu kepada manusia ? Mungkin juga kepada sebagian orang yang lain akan terbersit di qolbunya, “Saya sudah sangat sering dan banyak berdo’a, namun sampai saat ini permohonanku belum dikabulkan Allah SWT. Apakah Allah SWT memang tidak mau mengabulkan do’a yang aku panjatkan ?
Pertanyaan – pertanyaan ini tidak mustahil terlintas dalam diri setiap manusia. Dengan semua kemampuan yang dimiliki, mereka merasa dapat melakukan segala sesuatu dengan mengandalkan dan mengoptimalkan segenap potensi dirinya. Sehingga apapun saja dapat mereka capai tanpa perlu meminta bantuan Allah SWT.
Sementara di “belahan dunia lain”, terdapat orang – orang yang setiap waktunya selalu diisi dengan do’a kepada Allah SWT, namun kenyataan hidup yang dia hadapi tidak semanis permohonannya kepada Allah SWT, seakan – akan do’a yang ia panjatkan tidak berguna.
Fenomena semacam ini sangat mungkin terjadi di sekitar kita, bahkan bisa jadi kitalah yang mengalaminya. Kalau memang demikian, apakah do’a itu sesungguhnya ? Dan ada apa dengan do’a yang kita panjatkan ?
Do’a merupakan salah satu bentuk penghambaan diri kepada Allah SWT. Karena itu ia merupakan ibadah yang sangat dianjurkan. Dalam sebuah hadist Nabi SAW :
AN ANIS IBNU MALIKI AN NABIYYA  SHOLLALLAHU ALAIHI WASALLAMA KOLA ADDUAU MUHKHUL IBADATI
“Dari anas bin Malik RA, dari Nabi SAW beliau bersabda “Do’a itu merupakan inti ibadah” (HR. Tirmidzi).
Bahkan do’a merupakan amaliah yang paling mulia di sisi Allah SWT. Dalam hadist yang lain disebutkan :
AN ABI HURAIROTA RODIAULLAHU AN ANIN NABIYYI SHOLLALLAHU ALAIHI WASALLAMA KOLA LAISA SYAIUN AKRAMA ALALLAHI TAALA MINADDUAI
“Dari Abu Hurairah RA, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda, Tidak ada satupun ibadah menurut Allah SWT yang lebih utama dari do’a” (HR. Imam Tirmidzi).
Disamping sebagai ibadah kepada Allah SWT, didalam do’a terkandung sikap rendah hati seorang mukmin, yang dengan tulus mengakui kelemahan  dan keterbatasan dirinya.
ALMURADU BIDDUAI IDHARUL FAQOTI
“ Adapun maksud dari do’a adalah menampakkan kekurangan manusi kepada Alla SWT” (Al – Adzkar, 353)
Dengan berdo’a seseorang akan merasa dirinya sebagai makhluk lemah, yang tidak mampu memenuhi segala kebutuhannya sendiri, tanpa bantuan Allah SWT. Sehingga ia terhindar dari sifat sombong dan merasa dirinya paling kuat serta paling kuasa.  

Air Muka Malaikat



Abidin tetangga yang baik hati, berwajah tampan dan awet muda. Usianya 76 namun penampakannya seperti lebih muda tiga puluh tahun. Saya yang baru berumur setengah dari usianya, sangat penasaran ingin tahu rahasia merawat wajah tirusnya.
Bagaimana tidak? Kerut di wajahnya hampir sama banyak dengan yang saya punya, sinar matanya malah lebih cerah, giginya baru tanggal 6, itu pun letaknya di geraham. Bandingkan dengan gigi saya yang lubang disana-sini, sepuluh diantaranya bahkan sudah lenyap sudah tak tersisa. 
Pagi yang cerah, dua hari lalu, seperti biasa Pak Bidin sudah rapi. Dia bercengkrama dengan ibu-ibu yang sama-sama antre membeli sayur dari seorang pedagang keliling. Tangannya cekatan, tanpa sungkan memilah dan memilih kecambah daun bayam dan beberapa bungkus tempe. Pak Bidin tak pernah membeli lauk dan pauk yang sama setiap harinya, seakan sudah dijadwal sebelumnya. Alas an kakek dua cucu itu, biar bervariasi, dengan demikian, anak cucu dan istrinya tidak kekurangan gizi.  

Tips Mengurangi Kemacetan

Kemacetan itu di karenakan kepadatan penduduk.
Kepadatan penduduk di sebabkan banyaknya jumlah kelahiran.
Jumlah kelahiran di sebabkan banyaknya pernikahan.

Jadi menurut penelitian yang saya tahu kalau di daerah Jember ini banyaknya pernikahan.
Bagaimana caranya supaya tidak terjadi kemacetan???
Lebih tegaskan lagi program KB itu hal kecil tapi masih belum bisa di terapkan semaksimal mungkin.

Rabu, 26 Juni 2013

KETERKAITAN EKONOMI REGIONAL DAN DUNIA BISNIS


Ekonomi regional berbicara mengenai kawasan dalam satu negara, dalam hal ini akan dibicarakan kawasan di Indonesia. Cabang ilmu ekonomi ini mempelajari distribusi aktivitas ekonomi secara spatial. Tidak semua krisis berdampak kepada seluruh negara. Secara umum ekonomi mengalami konstrasksi, terjadi PHK, dan penutupan usaha perbankan. Pada waktu tahun 1998, ekonomi mengalami konstraksi 13%, dan inflasi mencapai 70%. Yang akan dilakukan pngusaha adalah tutup usaha, PHK, dan menyimpan uang. Akan tetapi pada waktu krisis di Indonesia, tetap ada propinsi-propinsi yang tumbuh, seperti yang terjadi di Papua dan Sulawesi yang berada jauh dari Jakarta. Propinsi-propinsi ini terutama produknya tambang dan perkebunan dengan harga dalam dollar. Dengan orientasi ekspor, propinsi ini, malah justru memperoleh pendapatan lebih dengan melemahnya rupiah.
Jadi sebenarnya krisis saat itu hanya terjadi di Jakarta, tetapi digeneralisir ke seluruh Indonesia. Padahal Indonesia tidak homogen. Terdapat kawasan-kawasan lain yang tidak terkena dampak krisis karena pasarnya berpotensi dan harga perdagangan dalam dollar. Kita ambil contoh kawasan Amerika, mulai krisis tahun 2007 dan parah 2008, hanya kawasan tertentu seperti New York, California dan Detroit yang hanya mengalami krisis. Jadi pengetahuan ekonomi regional manjadi penting, bahwa kawasan suatu negara tidak homogen, tetap ada kawasan yang berkembang. Sehingga keadaan ekonomi Amerika cepat pulih. Meskipun belum pernah mencapai keadaan sebelumnya.
Jadi kesimpulannya kawasan ekonomi tidak homogen. Pengetahuan ini sangat penting bagi pelaku bisnis. Terdapat peluang-peluang dalam situasi krisis. Dalam mengelola bisnis perlu disadari bahwa market tentunya juga tidak homogen. Pengetahuan kondisi lingkungan kawasan ini penting bagi para CEO.
Munculnya permasalahan ekonomi yang belum bisa terjawab, karena permasalahan tata ruang menyebabkan munculnya ilmu ekonomi reginal, dimana didalam tata ruang diatasnya terdapat aktivitas manusia dan aktivitas ekonominya. Demikian juga sebaliknya. Aktivitas ekonomi selalu terjadi didalam tata ruang. Untuk melihat antar kawasan kenapa terjadi perbedaan pertumbuhan ekonomi maka pengetahuan ini cukup penting.
Kota-kota kuno, seperti London, Jakarta, Tokyo, Roma, Singapore, New York, secara spesifik akan terletak dipantai atau minimal ada sungai besar yang bisa menjadi tempat lalu lintas perdagangan. Dengan adanya aktivitas ekonomi pertama yang terus berkembang, dimulai dengan berlabuhnya kapal, akan terbuka prospek bisnis lain, seperti jasa kuli, pakaging, dan penginapan yang selanjutnya disebut proses aglomerasi.
Data-data ekonomi regional contohnya adalah PDRB propinsi, yang bisa di menjadi trigger dalam mengembangkan keputusan bisnis. Data kependudukan yang menunjukkan potensi pasar dan luasnya pasar, seperti rata-rata penduduk per kilometer per segi. Data pengangguran yang akan berguna untuk membuka peluang bisnis pelatihan kursus-kursus, PJTKI dan lainnya. Ketidakhomogenan informasi regional akan menentukan strategi lanjutan yang akan dikembangkan dan dieksekusi oleh para CEO. Masih terjadi ketimpangan antara kawasan barat dan timur Indonesia. PDRB tertinggi masih dipegang oleh Jawa, sehingga informasi ini menunjukkan informasi daya beli masyarakat Jawa lebih besar dibandingkan kawasan lainnya.
Dengan data PDRB yang tinggi maka supply barang yang akan ditawarkan dikawasan tersebut adalah dengan kualitas tinggi dan bermerek. Sebaliknya kawasan dengan PDRB rendah pembuat keputusan bisnis harus menawarkan harga yang lebih rendah atau lebih murah.
Ada pula daerah yang kuat dengan struktur pendapatan pertambangan, dengan kawasan seperti ini maka hati-hati, karena sering terjadi seauatu yang semu, bahwa uang hasil pertambangan akan dibawa keluar wilayah tersebut dan keadaan masyarakat setempat dalam kondisi pendapatan yang minim.
Selanjutnya masalah etika bisnis, memperoleh uang dan kekayaan dari orang-orang yang miskin. Kemampuan marketing dalam memanfaatkan data pendapatan masyarakat dan usia penduduk menjadi penting. Bukan berarti bahwa didaerah kawasan miskin tidak ada potensi pasar. Bisnis dapat menawarkan produk dengan pakaging yang lebih kecil sehingga dalam kuantitas lebih sedikit dan harga jual lebih murah. Untuk keperluan sehari-hari barang-barang tersebut akan selalu dikonsumsi. Sehingga eksekusi strategi marketing yang tepat terhadap kondisi ekonomi dan demografi pasar sangat penting.
Informasi kepadatan penduduk mencerminkan banyaknya pasar potensial. Dengan kepadatan yang tinggi di pulai Jawa berarti potensi menjadi pasar besar. Kalau kepadatan rendah maka strategi bisnis di suatu kawasan akan berbeda-beda.
Dengan otonomi daerah maka banyak terjadi pemekaran wilayah. Bertambahnya jumlah propinsi dan Kabupaten /Kota maka regulasi daerah akan berbeda-beda. Tarif retribusi, dan pajak daerah akan menentukan tingkat ketertarikan investor untuk datang, karena hal ini tentu akan berpengaruh dalam pengambilan keputusan bisnis.
Sarana infrastruktur yang baik dan regulasi yang bersahabat terhadap iklim bisnis dalam kawasan regional harus dipelajari para CEO. Penawaran insentif tertentu dalam kawasan akan mengurangi biaya-biaya.
Data kependudukan, mayoritas penduduk Indonesia adalah petani. Pertimbangan data ini menjadi sangat relevan dalam mengembangkan strategi marketing. Preferensi konsumen petani adalah sesuatu yang kelihatan ngetrend dan terkadang norak dalam hal warna dan kemasan. Strategi bisnis harus mempertimbangkan hal ini. Siapa calon pembelinya.
Sekali lagi, pertimbangan lingkungan eksternal yang dalam hal ini adalah kondisi situasi kawasan regional yang seringkali diasumsikan tetap atau cateris paribus dalam kurva penawaran dan permintaan, perlu dijadikan perhatian karena situasi bisnis yang dengan cepat berubah.

ARTI SEBUAH KEJUJURAN



Diakui atau tidak, krisis ekonomi yang sempat menghempaskan kapal negeri ini di sebabkan oleh ketidak-jujuran para pemimpin bangsa selama tiga dasawarsa. Sehingga Indonesia menyandang Negara terkorup se-ASEAN. Rupanya kebiasaan lama ini akan dilestarikan oleh para wakil kita di era reformasi. Hal ini nampak pada pemutar balikan fakta. Mereka mengajarkan kebohongan. Dan menanggalkan jauh-jauh baju kejujuran. Sebenarnya, apa sih jujur itu?.
Mungkin benar iklan di sebuah radio, kerjakan, apa yang harus anda kerjakan. Katakana, apa yang harus anda katakana. Dengarkan, apa yang harus anda dengarkan. Baca, apa yang harus and abaca!
Suatu hari seseorang dating kepada Rasulullah. Dia matur kepada Rasul, “Wahai Muhammad, aku ingin ikut ajaranmu. Cuma aku masih senang mabuk-mabukan, mencuri, berzina dan berbohong. Orang-orang bilang, kamu melarang kesenanganku itu. Sungguh, aku tak sanggup meninggalkannya. Apakah masih ada peluang untukku untuk bersamamu ?” Nabi menjawab “Jangan khawatir, Islam terbuka untuk siapa saja. Kalau masih eman dengan kebiasaanmu itu, tidak apa-apalah. Tapi satu syarat yang harus kamu penuhi”. “Apa itu, Muhammad ? “,Tanya laki-laki itu penasaran. “Jujurlah, jangan suka berdusta !”.Dia terima persyaratan tersebut dan masuk Islam. “Gampang sekali agama Muhammad. Syaratnya hanya jujur”,gumamnya dalam hati.
Gambaran di atas menggugah hati dan fikiran kita untuk bertanya. Apakah hakekat sebuah kejujuran ? Apakah semua kejujuran dianjurkan dan dibenarkan ? Apakah dusta itu selalu berkonotasi jelek ? Lalu, apakah pengaruh kejujuran dalam kehisupan kita sehari-hari ?
Jujur dalam bahasa arab disebut dengan ‘as-shidqu’. Dan gambaran as-shidqu, ditampilkan begitu rupa oleh para ulama. Jujur digambarkan sebagai persesuaian kata hati dengan realitas. Adanya keseimbangan antara memori yang masuk dalam jiwa dengan kenyataan yang terjadi. Dengan redaksi yang lain, Al-Qusyairi maengatakan bahwa jujur minimal ada keseimbangan antara yang sirr (rahasia/tersembunyi) dan alamiyah (kasat mata). Lebih lanjut Al-Junaid berpendapat, hakekat jujur adalah berkata yang benar dalam kondisi yang gawat yang memaksa dia untuk berdusta akan tetapi dia tetap konsis untuk berkata yang benar. Itulah jujur. Oleh sebab itu, As-Shiddiq adalah seorang yang perkataan dan perbuatannya benar dan sesuai dengan kenyataan. Lalu dia merefleksikan kebenaran itu dengan perbuatan.
Oleh sebab itu, Al-Ghazali mengatakan bahwa as-shidqu (jujur) digunakan pada enam pengertian. Pertama, shidqu al-lisan (jujur dalam perkataan). Apa yang dikatakan sesuai dengan kenyataan yang ada. Termasuk menepati janji. Dalam hal ini ada dua komponen. Pertama, menghindar dari ma’aridl (hal-hal yang tidak sesuai dengan realitas). Karena jujur itu adalah apa yang dituju secara esensial, bukan bentuk luarnya. Maka tidak bisa dikatakan jujut jika seseorang berkata tanpa dia paham apa yang sesungguhnya. Kedua, menjaga makna jujur dalam perkataan yang digunakan untuk munajat kepada Allah. Dalam artian, apa yang diucapkan sesuai dengan yang ada dalam hatinya. Misalnya, dia bilang “saya hamba Allah”. Dia harus betul-betul menghamba (tunduk) kepada Tuhan. Kalau tidak, berarti dia telah berdusta. Kedua, Shidqu Fi an-niat wal al-iradah (jujur dalam niat). Yaitu apa yang diniati murni karena Allah swt. Tidak ada motifator lain yang menyuruh dia diam dan bergerak kecuali Allah Swt. Itulah yang dikenal dengan ikhlas. Ketiga, Shidqu al-azmi (jujur dalam tekad). Yaitu dia bertekad dengan sungguh-sungguh untuk melaksanakan keinginannya demi kebaikan. Misalnya, dia bertekad andaikata dia menjadi presiden, maka dia akan melaksanakan pemerintahan yang bersih dan adil. Tidak akan melakukan KKN. Keempat, as-shidqu fi al-wafa’ bi al-azmi (jujur dalam melaksanakan tekad). Ini sebagai konsekwensi dari shidqu al-azmi. Ketika cita itu sudah nyata dan dia mampu maka dia harus mewujudkan apa yang menjadi tekad sejak awal. Kelima, as-shidqu fi al-a’mal (jujur dalam perbuatan). Bersungguh-sungguh untuk menyeimbangkan antara apa yang ada dalam hati dengan penampilan dhahir. Seperti, orang memakai baju takwa dia harus menyeimbangkan keadaan hatinya untuk benar-benar takwa kepada Allah swt. Sesuai penampilan dhahirnya. Keenam, as-shidqu fi maqamati al-din (jujur dalam maqam-maqam agama). Misalnya, jujur dalam zuhud, ridha, tawakkal, cinta dan sebagainya. Dalam artian, dia sungguh-sungguh di dalam menjalani maqam tersebut. (Ihya’ Ulumi ad-din, IV, 409-413).
Ada satu pertanyaan yang terus mengganjal dihati. Apakah jujur mesti baik dan dusta pasti jelek ?. untuk menjawabnya, ada sabda Nabi saw :
LA YASLUHUL KADZIBU ILLA FI TSALASIN KADZIBUR ROJULI MAAMROAATIHI LITARDHO ANHU AW KADZIBU FIL HARBI FAINNAL HARBA KHUDATUN AW KADZIBU FI ISLAHIN BAINANNAS
Artinya : “Dusta tidak layak dilakukan, kecuali pada tiga hal. Seorang suami yang bohong pada istrinya, supaya si istri rela pada suaminya. Berdusta dalam peperangan, karena perang itu adalah tipu daya. Dan berbohong dalam rangka ishlah (mendamaikan pertikaian) diantara manusia”. (Musnad Ahmad Ibnu Hanbal (27668), X, 442). Hadist tersebut mengindikasikan bahwa tidak selamanya dusta itu jelek. Tapi, ada beberapa hal yang membolehkan –meng-haruskan- untuk berdusta. Seperti, ketika kita ditanya tentang ‘aurat’ (aib) saudara kita. Kita wajib berdusta dengan memberi jawaban yang tidak semestinya. Demikian dalam rangka mendamaikan keretakan yang terjadi di masyarakat kalau dusta tersebut merupakan suatu jalan untuk mewujudkan kedamaian. Begitu pula halnya dengan jujur. Tidak selamanya jujur itu baik. Bahkan ada beberapa hal yang tidak boleh di ‘ekspos’ secara jujur. Contohnya, adu domba, memberikan informasi yang tidak disenagi oleh keluarganya dan sebagainya. Oleh sebab itu, dusta bisa boleh jika bisa mengantarkan pada kedamaian. Juga, jujur menjadi haram ketika mendatangkan malapetaka. (Ithafu as-Sadati al-Muttaqin, LXVII, 8-9). Menurut uraian panjang diatas, betapa jujur menjadi inti dari pergaulan kehidupan sehari-hari. Karena itu, sejak awal Nabi saw. Telah bersabda :
INNA SHIDQOYAHDI ILAL BIRRI WAINNAL BIRRO YAHDI ILAL JANNAH WAINNAR ROJULA LA YASDUQO HATTA YAKUNA SHIDQAAN
Artinya : “Sesungguhnya jujur mengantarkan kebaikan. Dan kebaikan akan membawa ke surga. Sesungguhnya seorang laki-laki haruslah jujur sehingga dia menjadi seorang yang shiddiq”. (Fathu al-Bari (6094), X, 507).
Minimal, ada empat hal yang bisa kita raih dari sebuah kejujuran.
Pertama :
Kelapangan dan ketengan jiwa. Sebab, Nabi bersabda, “kejujuran itu adalah ketenanga”. HR. At-Turmudzi.
Kedua :
Mendapatkan keberkahan dalam usaha (bisnis)
Ketiga :
Mendapatkan keuntungan –berupa pahala di akhirat- sebagaimana yang diberikan kepada syuhada’ (yang mati di medan perang).
Keempat :
Akan terhindar dari hal-hal yang dibenci.
Minhaj al-Muslim, 154-155

Dari itulah, sangat wajar kalau Allah berfirman :
YAA AYYUHAL LADZINA AMANUT TAQULLAHA WAKUNU MAASHODIQIN
Artinya : “Wahai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kalian kepada Allah. Dan jadilah kalian bersama orang-orang yang jujur”. (QS. At-Taubah [9], 119).   
                   

I Love Noah