Ekonomi regional berbicara mengenai kawasan dalam satu negara, dalam hal ini akan dibicarakan kawasan di Indonesia. Cabang ilmu ekonomi ini mempelajari distribusi aktivitas ekonomi secara spatial. Tidak semua krisis berdampak kepada seluruh negara. Secara umum ekonomi mengalami konstrasksi, terjadi PHK, dan penutupan usaha perbankan. Pada waktu tahun 1998, ekonomi mengalami konstraksi 13%, dan inflasi mencapai 70%. Yang akan dilakukan pngusaha adalah tutup usaha, PHK, dan menyimpan uang. Akan tetapi pada waktu krisis di Indonesia, tetap ada propinsi-propinsi yang tumbuh, seperti yang terjadi di Papua dan Sulawesi yang berada jauh dari Jakarta. Propinsi-propinsi ini terutama produknya tambang dan perkebunan dengan harga dalam dollar. Dengan orientasi ekspor, propinsi ini, malah justru memperoleh pendapatan lebih dengan melemahnya rupiah.
Jadi sebenarnya krisis saat itu hanya terjadi di Jakarta,
tetapi digeneralisir ke seluruh Indonesia. Padahal Indonesia tidak homogen.
Terdapat kawasan-kawasan lain yang tidak terkena dampak krisis karena pasarnya
berpotensi dan harga perdagangan dalam dollar. Kita ambil contoh kawasan
Amerika, mulai krisis tahun 2007 dan parah 2008, hanya kawasan tertentu seperti
New York, California dan Detroit yang hanya mengalami krisis. Jadi pengetahuan
ekonomi regional manjadi penting, bahwa kawasan suatu negara tidak homogen,
tetap ada kawasan yang berkembang. Sehingga keadaan ekonomi Amerika cepat
pulih. Meskipun belum pernah mencapai keadaan sebelumnya.
Jadi kesimpulannya kawasan ekonomi tidak homogen.
Pengetahuan ini sangat penting bagi pelaku bisnis. Terdapat peluang-peluang
dalam situasi krisis. Dalam mengelola bisnis perlu disadari bahwa market
tentunya juga tidak homogen. Pengetahuan kondisi lingkungan kawasan ini penting
bagi para CEO.
Munculnya permasalahan ekonomi yang belum bisa terjawab,
karena permasalahan tata ruang menyebabkan munculnya ilmu ekonomi reginal,
dimana didalam tata ruang diatasnya terdapat aktivitas manusia dan aktivitas
ekonominya. Demikian juga sebaliknya. Aktivitas ekonomi selalu terjadi didalam
tata ruang. Untuk melihat antar kawasan kenapa terjadi perbedaan pertumbuhan
ekonomi maka pengetahuan ini cukup penting.
Kota-kota kuno, seperti London, Jakarta, Tokyo, Roma,
Singapore, New York, secara spesifik akan terletak dipantai atau minimal ada
sungai besar yang bisa menjadi tempat lalu lintas perdagangan. Dengan adanya
aktivitas ekonomi pertama yang terus berkembang, dimulai dengan berlabuhnya
kapal, akan terbuka prospek bisnis lain, seperti jasa kuli, pakaging, dan
penginapan yang selanjutnya disebut proses aglomerasi.
Data-data ekonomi regional contohnya adalah PDRB propinsi,
yang bisa di menjadi trigger dalam mengembangkan keputusan bisnis. Data
kependudukan yang menunjukkan potensi pasar dan luasnya pasar, seperti
rata-rata penduduk per kilometer per segi. Data pengangguran yang akan berguna
untuk membuka peluang bisnis pelatihan kursus-kursus, PJTKI dan lainnya.
Ketidakhomogenan informasi regional akan menentukan strategi lanjutan yang akan
dikembangkan dan dieksekusi oleh para CEO. Masih terjadi ketimpangan antara
kawasan barat dan timur Indonesia. PDRB tertinggi masih dipegang oleh Jawa,
sehingga informasi ini menunjukkan informasi daya beli masyarakat Jawa lebih
besar dibandingkan kawasan lainnya.
Dengan data PDRB yang tinggi maka supply barang yang akan
ditawarkan dikawasan tersebut adalah dengan kualitas tinggi dan bermerek.
Sebaliknya kawasan dengan PDRB rendah pembuat keputusan bisnis harus menawarkan
harga yang lebih rendah atau lebih murah.
Ada pula daerah yang kuat dengan struktur pendapatan
pertambangan, dengan kawasan seperti ini maka hati-hati, karena sering terjadi
seauatu yang semu, bahwa uang hasil pertambangan akan dibawa keluar wilayah
tersebut dan keadaan masyarakat setempat dalam kondisi pendapatan yang minim.
Selanjutnya masalah etika bisnis, memperoleh uang dan
kekayaan dari orang-orang yang miskin. Kemampuan marketing dalam memanfaatkan
data pendapatan masyarakat dan usia penduduk menjadi penting. Bukan berarti
bahwa didaerah kawasan miskin tidak ada potensi pasar. Bisnis dapat menawarkan
produk dengan pakaging yang lebih kecil sehingga dalam kuantitas lebih sedikit
dan harga jual lebih murah. Untuk keperluan sehari-hari barang-barang tersebut
akan selalu dikonsumsi. Sehingga eksekusi strategi marketing yang tepat
terhadap kondisi ekonomi dan demografi pasar sangat penting.
Informasi kepadatan penduduk mencerminkan banyaknya pasar
potensial. Dengan kepadatan yang tinggi di pulai Jawa berarti potensi menjadi
pasar besar. Kalau kepadatan rendah maka strategi bisnis di suatu kawasan akan
berbeda-beda.
Dengan otonomi daerah maka banyak terjadi pemekaran wilayah.
Bertambahnya jumlah propinsi dan Kabupaten /Kota maka regulasi daerah akan
berbeda-beda. Tarif retribusi, dan pajak daerah akan menentukan tingkat
ketertarikan investor untuk datang, karena hal ini tentu akan berpengaruh dalam
pengambilan keputusan bisnis.
Sarana infrastruktur yang baik dan regulasi yang bersahabat
terhadap iklim bisnis dalam kawasan regional harus dipelajari para CEO.
Penawaran insentif tertentu dalam kawasan akan mengurangi biaya-biaya.
Data kependudukan, mayoritas penduduk Indonesia adalah
petani. Pertimbangan data ini menjadi sangat relevan dalam mengembangkan
strategi marketing. Preferensi konsumen petani adalah sesuatu yang kelihatan
ngetrend dan terkadang norak dalam hal warna dan kemasan. Strategi bisnis harus
mempertimbangkan hal ini. Siapa calon pembelinya.
Sekali lagi, pertimbangan lingkungan eksternal yang dalam
hal ini adalah kondisi situasi kawasan regional yang seringkali diasumsikan
tetap atau cateris paribus dalam kurva penawaran dan permintaan, perlu
dijadikan perhatian karena situasi bisnis yang dengan cepat berubah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar